Indonesia dan Malaysia Mengkaji Rasa Sayange

|

Sabtu, 17 November 2007 08:00 WIB
TEMPO Interaktif, Kuala Lumpur:Pemerintah Indonesia dan Malaysia akan mencari solusi bersama soal klaim aset-aset nasional yang sering menjadi sumber ketegangan antara dua negara, termasuk kasus lagu Rasa Sayange.“Pengkajian mengenai penyelesaian dari sisi moral, legal, dan ekonomi,” kata Juru Bicara KBRI Malaysia Eka A. Suripto usai peresmian CIMB Foundation di Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat (16/11).Klaim aset nasional memang kerap menjadi pemantik pertikaian antara Indonesia dan Malaysia. Contoh terbaru adalah kasus lagu Rasa Sayange. Pemerintah Malaysia menggunakan lagu itu untuk jingle iklan pariwisata negaranya. Indonesia meradang karena lagu yang diyakini milik Indonesia itu digunakan tanpa izin.Eka menjelaskan, penyelesaian secara moral mentargetkan kesepakatan bahwa penggunaan aset milik Indonesia atau sebaliknya minimal harus didahului dengan izin dan pemberitahuan terlebih dahulu. “Ini milik Indonesia lho misalnya,” kata Eka.Penyelesaian legal adalah bersama-sama menempuh jalur hukum jika tidak ada kesepakatan soal kepemilikan. Adapun dari sisi ekonomi, akan dibahas bagaimana kompensasi ekonomi jika klaim suatu aset menimbulkan kerugian dari sisi ekonomi.Rencana melakukan kajian bersama untuk penyelesaian masalah klaim aset itu, kata Eka, mengemuka setelah pertemuan antara dua menteri kebudayaan kedua negara pada Sabtu (10/11) lalu.Eka menilai, Indonesia dan Malaysia rawan dengan permasalahan terkait aset-aset nasional. Sebabnya, sebagai negara serumpun, keduanya kerap memiliki kesamaan budaya. “Misalnya tarian Zapin, di sini (Malaysia) ada, di Riau juga marak,” jelasnya.Kerawanan juga timbul dari persilangan budaya kedua negara yang berangkat dari interaksi sosial. “Banyak orang Jawa di sini, tentu bawa budayanya,” dia menambahkan.Melihat perkembangan demikian, Eka mengimbau, sebaiknya pemerintah segera menginventarisasi aset-aset nasional. Jika tidak dilakukan, dikhawatirkan menjadi potensi masalah ketika negara lain melakukan klaim.Dia sendiri berpendapat, mengenai aset itu Indonesia cukup menegaskan kepastian kepemilikan saja. “Tidak perlu di larang-larang, agar dinamis, contohnya gamelan banyak dimainkan di Amerika sehingga malah berkembang,” ujarnya.Soal kasus perselisihan soal lagu Rasa Sayange sendiri, Wakil Perdana Menteri Malaysia Sri Najib Tun Razak tidak bersedia memberikan komentar banyak. “Itu kontroversial,” kata dia. Selebihnya dia mengatakan, dirinya juga menggemari lagu-lagu Indonesia. “Antara lain Broery (lagu penyanyi Broery Pesolima) dan Hetty Koes Endang,” ujarnya.Dalam pengamatan Tempo, tulisan Rasa Sayange masih terpampang pada sejumlah spanduk iklan wisata Malaysia di beberapa titik di Kuala Lumpur. Di salah satu restoran pun, lagu Rasa Sayange masih terdengar diputar bersama lagu-lagu Malaysia lainnya.Harun Mahbub

0 komentar: