Indonesia-Malaysia

|

PM Malaysia, Abdullah Badawi, kembali melakukan kunjungan resmi ke Indonesia 22-23 Februari ini. Ini merupakan kali kedua kunjungan resmi Badawi setelah menjadi perdana menteri. Sebelumnya pada 8 Januari 2004 Badawi melakukan kunjungan resmi di masa Presiden Megawati.
Dalam kesempatan ini Badawi akan menerima penganugerahan Bintang Republik Indonesia Adiprana dari Pemerintah Indonesia atas jasa-jasanya yang luar biasa dalam menjaga persatuan dan kesatuan. Sebelumnya bintang ini juga telah diberikan pada mantan PM Mahathir Mohammad dan mantan PM Tun Abdul Razak.
Tentu bukan hanya untuk penghargaan itu kunjungan dilakukan. Dalam agenda utamanya, Badawi juga akan melakukan pertemuan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Salah satu isu yang dibicarakan adalah mengenai kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Malaysia.
Hubungan ekonomi Indonesia dengan Malaysia saat ini berkembang dengan pesat. Banyak investor Malaysia yang melirik Indonesia karena menurut mereka Indonesia pasar yang luar biasa besar dan belum tergarap optimal. Karena itu, mereka berbondong-bondong masuk ke Indonesia membeli perusahaan-perusahaan yang sudah eksis.
Seperti kita tahu bahwa saat ini banyak investor sudah masuk di berbagai sektor industri. Di perbankan mereka masuk di Bank Niaga, Bank Lippo, dan Bumiputera, kemudian di perkebunan lewat Guthrie, di sektor telekomunikasi mereka telah menguasai XL, kemudian media elektronik sudah ada Astro, dan masih banyak lagi.
Sebaliknya, investor Indonesia yang masuk Malaysia sangat minim. Hanya satu-dua dan itu pun tidak dalam skala besar. Meski begitu di sektor perdagangan, Indonesia masih sering surplus dibanding Malaysia, meskipun surplus tersebut banyak didorong oleh sektor migas.
Kita baru banyak `berinvestasi’ di Malaysia di sektor tenaga kerja. Lebih dari dua juta orang Indonesia bekerja di Malaysia sebagai tenaga kerja kasar, baik itu buruh di perkebunan, buruh konstruksi, maupun pembantu rumah tangga. Mereka pun kerap menjadi sasaran tindakan kekerasan.
Tapi, sebetulnya tidak sedikit pula ekspatriat Indonesia yang bekerja di Malaysia. Di dunia perminyakan, misalnya, ada ratusan orang Indonesia yang bekerja di Malaysia, entah itu perusahaan asing yang berada di Malaysia ataupun di Petronas dan anak perusahaannya.
Indonesia, pada 1970-an sampai 1980-an menjadi big brother dari Malaysia. Kita memiliki banyak kelebihan baik di bidang ekonomi maupun sumber daya manusia. Kini dua-tiga dekade kemudian, terutama di bidang ekonomi, Malaysia berbalik menjadi big brother bagi Indonesia. Perekonomian kita sudah jauh tertinggal, termasuk pendapatan per kapitanya yang sudah empat sampai lima kali lipat Indonesia.
Jika dilihat dari kondisi kekinian, maka akan terlihat ketimpangan ekonomi antara Indonesia dan Malaysia. Sehingga, kerja sama ekonomi nantinya akan lebih memberikan peluang pada Malaysia untuk makin berkiprah di Indonesia. Perlu keseimbangan hubungan ekonomi antara Indonesia-Malaysia, untuk itulah kerja sama ekonomi perlu dibicarakan Presiden Susilo dan PM Badawi agar ke depan bisa saling menguntungkan.
Republika, Jumat, 23 Februari 2007

0 komentar: